Senin, 15 Juli 2013
Untukmu yang Terkasih
Sudah lama sejak aku tidak mengirimkan ini padamu. Sudah lama sejak terakhir kalinya aku menulis ceritaku untukmu. Apa kau kesepian? Maafkan aku yang lalai untuk memberi kabarku padamu. Apa kau cemas? Aku baik2 saja. Bagaimana disana? Masihkah sama? Masihkah kau selalu tersenyum? Masihkah kau berbahagia? Aku harap masih, dan aku harap kau akan tetap begitu.
Kau tahu? Akhir2 ini aku sering merasa sepi diantara ribuan manusia, diantara makhluk2 Tuhan lainnya. Aku sering merasa gelap diantara kilaunya bohlam2 dunia. Aku merasa tak ada yang lebih terang dibanding dengan lenteramu. Yang aku sesalkan, kenapa kau membawa lentera itu jauh dariku. Yang aku ingin, walaupun hanya dengan lenteramu,aku ingin bisa menggapaimu. Aku ingin mampir kesana, ketempatmu. Orang-orang bilang disana indah. Benarkah ?
Pagi tadi kembali kusiram bunga yang kita tanam dulu. Yang aku herankan kenapa bunga itu tidak menanyakanmu. Atau jangan-jangan mereka lupa bahwa ada kau yang dulunya membantu mereka bernyawa. Kau tahu? Warna mereka indah. Apa kau bisa melihat mereka dari sana? Aku yakin bisa...
Orang-orang yang kukenal tak ada lagi yang sepertimu. Kebodohan yang pernah aku lakukan adalah mencari orang yang sama sepertimu, padahal aku mengerti bahwa Tuhan tidak pernah menciptakan makhluknya dengan identik, bahkan yang terlahir kembar sekalipun. Walaupun si kembar itu disebut identik, tapi tetap saja ada dari mereka yang berbeda. Guruku pernah bercerita, daun-daun yang hidup dalam satu pohonpun tak akan ada yang sama persis, apalagi dirimu..
Aku menulis ini karena baru saja kau menegurku lewat detak jantungku. Lalu sapaanmu mengalir bersama darah yang membantuku hidup dan berhenti di kenangan kita dulu. Apa kau merindukanku? Aku selalu merindukanmu. Aku menulis ini agar aku bisa mencurahkan apa yang aku rasa tanpa orang lain mengatakan aku gila. Aku yakin kau pasti mengerti. Walau surat ini nantinya akan berakhir ditumpukan surat2 yang kubuat, sama seperti surat yang kemarin2, tapi aku ingin tetap melakukannya. Aku tetap ingin menulis ini sampai nanti kau tak mengizinkan aku untuk menulisnya lagi.
Malam ini boleh aku minta tolong padamu? Bisakah kau menjagaku dalam lelap yang menakutkanku? Bisakah kau singgah kedalam mimpiku walau hanya tersenyum? Sudah lama setelah aku merasakan mimpi indah bersamamu. Bolehkah aku merasakan itu lagi? Tuhan, izinkan dia lepas dari pangkuanmu sesaat agar dia bisa singgah dimalamku ini. Ku kirimkan rinduku lewat surat singkat ini. Entah kapan rindu ini akan berhenti. Atau mungkin, tidak akan pernah berhenti..
Tertanda,
Aku yang Mengasihimu